Debu Kemungkaran
Debu-debu bertebaran menutupi sebuah kebenaran
Lorong metropolitan tak seindah pemikiran
Di sudut megahnya megantropus ibu kota
Tepatnya 2 kilometer sebelum lorong metropolitan
Menuju sebuah gedung anggota dewan
Bisikan-bisikan anak kelaparan
Jeritan-jeritan ibu bapak kesusahan
Telah kalah oleh bisingnya mesin pabrik milik asing
2 kilometer dari gubuk rukuk nan renta
Terdapat pabrik nan indah dan berjaya
Tengah sibuk mengoperasikan mesin-mesinnya
Dan memperkerjakan anak buah asing asal negaranya
Alih-alih mendapat lowongan pekerjaan
Mereka malah mendapat penderitaan
Sungai semula bersih
Kini telah terkontaminasi dengan pekatnya limbah tanpa pengawasan
Debu-debu sisa pembakaran
Makin giat menutup semua kemungkaran
Anggota dewan
Tak dapat melihat seberapa perih kemiskinan
Lorong-lorong itu kian menghitam
Dinding-dindingnya runtuh tak karuan
Tangisan anak makin jauh dari perhatian
Jeritan ibu bapak makin terasingkan
Sungguh miris nasib penghuni negeri ini
Hidup di tanah sendiri harus menanggung upeti
Serta kerasnya kependudukan asing yang berlisensi
Lelah-kesal-jengkel kadang menjangkiti
Gertakan kadang mengancam jiwa kami
Tudingan kadang mematahkan harapan kami
Namun, kami bukanlah pemuda mental tempe
"Sogok uang urusan oke"
Kami adalah pemuda berlisensi pendidikan
Yang siap menyelusup menembus puing-puing bangunan
Demi menyeruakkan sebuah penderitaan besar
Yang selama ini tertutup kepulan asap-pekatnya limbah-serta reruntuhan bangunan
2021
Ingatkah Tuan Muda?
Ingatkah tuan muda
Pada saat dingin menutup rapat pintu rumahnya
Mempersilakan panas untuk bergerak mengudara
Menciptakan intrik panas membahana
Yang memantik semangat perjuangan jiwa muda
Dibungkus dengan dua warna kain saka
Disenjatai dengan ideologis Pancasila
Dan hantarkan oleh rasa cinta bangsa
Ingatkah tuan muda?
Akan kisah pemuda rengasdengklok
Yang membawa pemimpin negara
Untuk mengomando vaccum of power kuasa
Ingatkah Tuan muda?
Akan kisah pemuda
Yang berani mengambil sumpah serapah
Agar Indonesia terbebas dari siksa nestapa
Ingatkah tuan muda?
Akan kisah pemuda reformasi
Dengan gigih mereka mengganti tata birokrasi
Agar negeri ini menjadi negeri demokrasi
Tuan muda masih ingatkan?
Kisah heroik para pemuda
Akankah tuan muda masih berkenan untuk leha-leha?
Akankah tuan muda masih apatis pada ilmu alam semesta?
Ingatlah tuan muda,
Masa depan Indonesia tergantung pada anda
2021
Memulas Hutan
Tak ada yang tersisa, di sela-sela hutan belantara
Dari akar- daun-bunga semua kandas terlindas hawa
Lalu menyihir kayu dengan mantra mandraguna
Mantra itu seolah mememba
Menjadi lembar-lembar putih bersih
Yang siap dipulas dengan berbagai warna
Merah-hijau-kuning lalu lalang di atas lembar putih
Memulas dari ujung kanan hingga kiri
Membuat putih tak lagi suci
Namun kalau boleh jujur
Dunia lembar putih semakin semarak atas campur tangan para warna
Namun, tak bisa dipungkiri lagi
Sejatinya riuh warna tak sanggup menggantikan riuh hutan
Memulas lembar putih
Tak seindah memulas hutan
Telah banyak usaha manusia untuk memulas lembar putih
Namun tak banyak usaha untuk memulas hutan
Maka dari itu,
Hutan hanyalah sebuah kelakar
Dan dongeng indah bagi kawanan hewan
2021
Kemarau Semi Sejati
Pada kemarau semi sejati
Seonggok daun pohon jati
Meranggas-menguning-jatuh ke bumi
Meninggalkan ranting-ranting yang gagah berdiri
Menyendiri dari kawanan burung merpati
Tepatnya di Pelataran hutan
Kini tengah sesak dengan dedahan dedaunan
Seiring hari berganti
Detik-detik terlampaui
Kuning berubah menjadi garing
Garing berubah menjadi abu
Setumpuk daun kelabu
Sanggup mengubur sekuncup rindu
Gurat halus kemolekanmu
Kilau bersih rambut pirangmu
Kisah kasih akan dirimu
Telah mengering bersama dedaunan kering
Kini kau berada jauh di sana
Di belahan bumi Eropa
Di bawah angkasa yang tak lagi sama
Membuat bait rindu semakin rapat tertata
Ku tak tahu,
Sampai kapan ini akan berseteru
Hawa panas campur jarak dengan rindu
Apakah ini akan selamanya
Atau hanya sementara
Namun, ku yakin
Pada saat hujan mulai merapat
Daun hijau kembali bersarang
kuning telah menghilang
Dan hijau kembali semarak menghidupkan
Kau akan kembali
Menyapa diri ini
Dan menanggalkan bait-bait rindu pada buku ajaib
Yang telah dirapal mantra gaib
2020
Aulia Nurrohmah seorang remaja yang lahir di Surakarta, 13 April 2003. Sekarang ia adalah maba FMIPA di salah satu universitas negeri Surakarta. Pada tahun 2020 kemarin buku pertamanya yang berjudul “Sepucuk Surat untuk Ali dan Fatima” release. Beberapa karyanya juga pernah dimuat di beberapa media, seperti solopos dan majalah Al-abidin. Dapat di hubungi lewat instagram “@nurrohmah6” atau blog https://about-self-love.blogspot.com/?m=1.
0 Komentar