Aulia Nurrohmah: Memulas Hutan dan Puisi Lainnya


Debu Kemungkaran

Debu-debu bertebaran menutupi sebuah kebenaran
Lorong metropolitan tak seindah pemikiran
Di sudut megahnya megantropus ibu kota
Tepatnya 2 kilometer sebelum lorong metropolitan
Menuju sebuah gedung anggota dewan
Bisikan-bisikan anak kelaparan
Jeritan-jeritan ibu bapak kesusahan
Telah kalah oleh bisingnya mesin pabrik milik asing

2 kilometer dari gubuk rukuk nan renta
Terdapat pabrik nan indah dan berjaya
Tengah sibuk mengoperasikan mesin-mesinnya
Dan memperkerjakan anak buah asing asal negaranya

Alih-alih mendapat lowongan pekerjaan
Mereka malah mendapat penderitaan
Sungai semula bersih
Kini telah terkontaminasi dengan pekatnya limbah tanpa pengawasan
Debu-debu sisa pembakaran
Makin giat menutup semua kemungkaran
Anggota dewan
Tak dapat melihat seberapa perih kemiskinan

Lorong-lorong itu kian menghitam
Dinding-dindingnya runtuh tak karuan
Tangisan anak makin jauh dari perhatian
Jeritan ibu bapak makin terasingkan

Sungguh miris nasib penghuni negeri ini
Hidup di tanah sendiri harus menanggung upeti
Serta kerasnya kependudukan asing yang berlisensi

Lelah-kesal-jengkel kadang menjangkiti
Gertakan kadang mengancam jiwa kami
Tudingan kadang mematahkan harapan kami
Namun, kami bukanlah pemuda mental tempe
"Sogok uang urusan oke"
Kami adalah pemuda berlisensi pendidikan
Yang siap menyelusup menembus puing-puing bangunan
Demi menyeruakkan sebuah penderitaan besar
Yang selama ini tertutup kepulan asap-pekatnya limbah-serta reruntuhan bangunan

2021

 

Ingatkah Tuan Muda?

Ingatkah tuan muda

Pada saat dingin menutup rapat pintu rumahnya

Mempersilakan panas untuk bergerak mengudara

Menciptakan intrik panas membahana

Yang memantik semangat perjuangan jiwa muda

Dibungkus dengan dua warna kain saka

Disenjatai dengan ideologis Pancasila

Dan hantarkan oleh rasa cinta bangsa

 

Ingatkah tuan muda?

Akan kisah pemuda rengasdengklok

Yang membawa pemimpin negara

Untuk mengomando vaccum of power kuasa

 

Ingatkah Tuan muda?

Akan kisah pemuda

Yang berani mengambil sumpah serapah

Agar Indonesia terbebas dari siksa nestapa

Ingatkah tuan muda?

Akan kisah pemuda reformasi

Dengan gigih mereka mengganti tata birokrasi

Agar negeri ini menjadi negeri demokrasi

Tuan muda masih ingatkan?

Kisah heroik para pemuda

Akankah tuan muda masih berkenan untuk leha-leha?

Akankah tuan muda masih apatis pada ilmu alam semesta?

Ingatlah tuan muda,

Masa depan Indonesia tergantung pada anda

2021


Memulas Hutan

 

Tak ada yang tersisa, di sela-sela hutan belantara

Dari akar- daun-bunga semua kandas terlindas hawa

Lalu menyihir kayu dengan mantra mandraguna

 

Mantra itu seolah mememba

Menjadi lembar-lembar putih bersih

Yang siap dipulas dengan berbagai warna

 

Merah-hijau-kuning lalu lalang di atas lembar putih

Memulas dari ujung kanan hingga kiri

Membuat putih tak lagi suci

Namun kalau boleh jujur

Dunia lembar putih semakin semarak atas campur tangan para warna

 

Namun, tak bisa dipungkiri lagi

Sejatinya riuh warna tak sanggup menggantikan riuh hutan

Memulas lembar putih

Tak seindah memulas hutan

Telah banyak usaha manusia untuk memulas lembar putih

Namun tak banyak usaha untuk memulas hutan

Maka dari itu,

Hutan hanyalah sebuah kelakar

Dan dongeng indah bagi kawanan hewan

 

2021

 

Kemarau Semi Sejati

Pada kemarau semi sejati
Seonggok daun pohon jati
Meranggas-menguning-jatuh ke bumi
Meninggalkan ranting-ranting yang gagah berdiri
Menyendiri dari kawanan burung merpati

Tepatnya di Pelataran hutan
Kini tengah sesak dengan dedahan dedaunan
Seiring hari berganti
Detik-detik terlampaui
Kuning berubah menjadi garing
Garing berubah menjadi abu
Setumpuk daun kelabu
Sanggup mengubur sekuncup rindu

Gurat halus kemolekanmu
Kilau bersih rambut pirangmu
Kisah kasih akan dirimu
Telah mengering bersama dedaunan kering

Kini kau berada jauh di sana
Di belahan bumi Eropa
Di bawah angkasa yang tak lagi sama
Membuat bait rindu semakin rapat tertata

Ku tak tahu,
Sampai kapan ini akan berseteru
Hawa panas campur jarak dengan rindu

Apakah ini akan selamanya
Atau hanya sementara

Namun, ku yakin
Pada saat hujan mulai merapat
Daun hijau kembali bersarang
kuning telah menghilang
Dan hijau kembali semarak menghidupkan
Kau akan kembali
Menyapa diri ini
Dan menanggalkan bait-bait rindu pada buku ajaib
Yang telah dirapal mantra gaib

 

2020

Aulia Nurrohmah seorang remaja yang lahir di Surakarta, 13 April 2003.  Sekarang ia adalah maba FMIPA di salah satu universitas negeri Surakarta. Pada tahun 2020 kemarin buku pertamanya yang berjudul “Sepucuk Surat untuk Ali dan Fatima” release. Beberapa karyanya juga pernah dimuat di beberapa media, seperti solopos dan majalah Al-abidin. Dapat di hubungi lewat instagram “@nurrohmah6” atau blog https://about-self-love.blogspot.com/?m=1.


Posting Komentar

0 Komentar