Untukmu
:Para Perajut Harapan
Bising kendaraan melumat telinga
melodi riuh membelah jalanan kota
Seorang bocah memegang kecrekan
Menyusuri trotoar
Memintal doa dan harapan
Saat anak-anak lain pergi
menanam masa depan
Mengeja huruf, mengasah kecerdasan
Ia memikul perjuangan
Berenang di kolam keringat
Mimpi-mimpi di tangannya hangus
Menjadi abu, beterbangan layaknya debu
Kilap matanya sayu
Dimanakah letak keadilan yang digaungkan itu?
Rasa sakit tumbuh subur
Menjalar sekujur badan
Hati memar dihantam pahitnya keadaan
Kesedihan merekah
Memeluk tabah tak sudah-sudah
Lamongan, 26 Januari 2021
Wanita dengan Bunga Kesedihan
Di bangku taman ini, wanita itu melahap sepi
Kepak malam singgah di hitam bola matanya
Nanar dan kelam.
Gurat wajahnya mengabung bunga-bunga kesedihan
Saat rembulan memancar,
hatinya masih saja lebam tiada henti-hentinya mengancam.
Memeras luka paling dalam
air matanya linang serupa hujan
menghujam, menenggelamkan harapan.
Lamongan, 2020
Kepada Ayah
Di punggungmu, tetesan keringat semayam
Ribuan harap merakit jadi kapal-kapal doa. Berlayar.
Luka-luka kau samarkan di balik ulas senyuman
Lamongan, 2020
Patah
Sebab patah adalah jatuh
Hati diiris kesedihan luruh
Sebab patah adalah
Menanam benih harapan
Tumbuh menjulang
Memetik rasa sakit
Buah kekecewaan
Sebab patah adalah cara hidup
Mengajari hati agar tegar
Mencintai kehilangan-kehilangan
Menggenggam luka penuh kelapangan
Sebab patah adalah caraNya
Menanam biji ketabahan
Tumbuh di dada pelan-pelan
Melewati setiap gelombang
Amuk kehidupan-
Lamongan, 26 Januari 2022
Lusa Indrawati, gadis pluviophile yang berdomisili di Lamongan, Jawa Timur. Masih aktif menulis puisi, cerpen, esai dan artikel. Penulis tergabung dalam komunitas Literasi Competer Indonesia, Kepul dan Tirastimes. Penulis bisa disapa melalui akun ig @indranys345.
0 Komentar