Esai Reni Putri Yanti: 4 Pendekatan dalam Menjelaskan Relasi Antara Agama dan Sains

 

Ketika kita mendengar kata agama maupun sains, maka kita akan berpikir akan relasi di antara keduanya. Hal ini tentu juga dihubungkan dalam catatan sejarah antara perjumpaan keduanya. Biasanya, dalam percakapan-percakapan yang melibatkan para ilmuwan dan teolog, pemikiran kita akan bekerja dengan pemahaman yang lebih luas akan agama itu sendiri. Terkadang juga akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah sains memang menyingkirkan eksistensi Tuhan yang transenden, penuh kasih, kreatif, personal, dan redemptif yang dibicarakan dalam “agama-agama Tuhan” dan teologi-teologinya?”

Menilik dari sebagian besar ilmuwan, paling tidak mereka mempunyai sesuatu yang mereka anggap bernilai tinggi walaupun berupaya untuk mencapai kebenaran, kejujuran, ataupun metode ilmiah itu sendiri. Pemahaman-pemahaman umum seperti itu akan agama, tidak perlu dipersoalkan secara ilmiah. Tetapi, dewasa ini, banyak sekali kaum yang terdidik secara ilmiah, yang mengangkat persoalan-persoalan tentang ide dan eksistensi Tuhan.

Bagaimanapun, pertanyaan apakah agama itu bertentangan dengan sains akan menimbulkan banyak kebingungan. Maka di sini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai 4 pendekatan yang menjelaskan relasi antara agama dan sains itu sendiri (Haught: 1995).

Pertama, pendekatan konflik. Pendekatan ini mengungkapkan bahwa adanya keyakinan dari para pemikir jika agama tidak akan bisa didamaikan dengan sains. Alasan mereka menarik kesimpulan ini adalah agama jelas-jelas tidak dapat membuktikan kebenaran ajaran-ajarannya dengan tegas, padahal sains bisa melakukan itu. Agama mencoba bersikap diam-diam dan tidak mau memberi petunjuk bukti konkret tentang keberadaan Tuhan. Menurut pendekatan ini, mesti ada pertentangan antara cara-cara pemahaman ilmiah dan pemahaman keagamaan. Hal ini diperkuat dengan kaum skeptik yang sering mengatakan bahwa agama dilandaskan pada asumsi-asumsi apriori atau keyakinan, sedangkan sains tidak mau menerima begitu saja segala sesuatu sebagai benar. pelbagai antithesis ini tampaknya semakin menambah petunjuk bukti bahwa antara sains dan agama terdapat suatu permusuhan timbal balik yang tidak dapat diatasi.

Kedua, pendekatan kontras. Di lain pihak, terdapat ilmuwan dan teolog yang tidak menemukan adanya pertentangan antara agama dan sains. Mereka berpendapat bahwa masing-masingnya adalah valid atau absah meski hanya dalam lingkup penyelidikan mereka yang sudah jelas. Dalam menghindari konflik, pendekatan kontras menyebutkan bahwa kita harus terlebih dahulu menghindari pencampuran sains dan keimanan, sehingga menghasilkan sesuatu yang serba kabur. Perlu diingat bahwa pada abad pertengahan ketidakmampuan teologi untuk membeda-bedakan secara jelas agama dan sainslah yang membuat pemikiran-pemikiran Galileo tampak begitu bermusuhan di mata orang-orang beriman pada abad ke 17. Untuk menghindari konflik yang seperti itu, dan permusuhan yang timbal-balik, para pendukung pendekatan ini mengatakan bahwa haruslah tanpa kompromi menghindari kesan kontradiktif di antara mereka. Maka inti dari pendekatan ini adalah suatu pernyataan bahwa tidak ada pertentangan yang sungguh-sungguh karena agama dan sains memberi tanggapan terhadap masalah yang sangat berbeda.

Ketiga, pendekatan kontak. Pendekatan sebelumnya tidak bisa memuaskan orang-orang yang mengupayakan suatu gambaran yang lebih terpadu akan realitas. Cara menghubungkan agama dan sains ini tidak rela membiarkan dunia ini terpilah-pilah menjadi dua ranah yang ditetapkan oleh kubu pendekatan kontras. Ian Barbour mengatakan bahwa pendekatan kontras yang sebelumnya membiarkan segala sesuatu berada pada jalan buntu yang bisa membuat orang putus asa. Pendekatan ini setuju bahwa sains dan agama jelas-jelas berbeda secara logis dan linguistik, tetapi dia juga tahu bahwa dalam dunia nyata, mereka tidak bisa dikotak-kotakkan dengan mutlak, sebagaimana diandaikan oleh kubu pendekatan kontras.

Pendekatan kontak mengupayakan suatu percakapan yang terbuka antara para ilmuwan dan teolog. Istilah kontak sendiri berarti berkumpul bersama-sama tanpa harus melebur. Pendekatan ini memungkinkan adanya interaksi, dialog, dan saling mempengaruhi; tetapi mencegah terjadinya peleburan dan pemisahan yang tegas. Pendekatakan ini mengemukakan bahwa pengetahuan ilmiah dapat memperluas cakrawala keyakinan religius dan bahwa perspektif keyakinan religius dapat memperdalam pemahaman kita tentang alam semesta. Dia tidak berusaha membuktikan keberadaan Tuhan berdasarkan Sains, tetapi sudah merasa puas kalau menafsirkan penemuan-penemuan ilmiah di dalam kerangka makna keagamaan.

Keempat, pendekatan konfirmasi. Pendekatan ini boleh dirumuskan sebagai pernyataan agama bahwa alam semesta ini adalah suatu totalitas yang terbatas, koheren, dan tertata yang dilandaskan pada kasih dan janji tertinggi, memberi gambaran umum tentang segala sesuatu yang secara konsisten mendorong pencarian ilmiah akan pengetahuan dan membebaskan ilmu pengetahuan itu dalam keterkaitan-keterkaitan pada ideologi-ideologi yang membelenggu. Dalam artian ini, agama semakin erat lagi terkaitnya dengan akar-akar epistemologis dari penyelidikan ilmiah ketimbang yang dinyatakan oleh pendekatan-pendekatan sebelumnya. Maka, simbol-simbol, cerita-cerita, dan ajaran-ajaran agama meyakinkan kita bahwa ada suatu perspektif yang lebih luas daripada perspektif kita sendiri, bahwasannya akal budi kita sendiri tidak cukup lapang untuk dapat menampung seluruh horizon ada (being) pada saat tertentu.

Dalam upaya untuk menjelaskan relasi agama dengan sains, tentu kita dapat menghindarkan, baik peleburan maupun dualisme yang tidak perlu, apabila kita mempertahankan pendangan bahwa ungkapan religius sebaiknya disangkut-pautkan dengan pendasaran kepercayaan kita, bukan dengan upaya memecahkan persoalan-persoalan ilmiah. Karena ketika kita menempatkan agama dengan cara seperti ini, kita melihat bagaimana dia berfungsi sebagai konfirmasi ketimbang sebagai kontradiksi sains. Maka, agama sangat erat terkait dengan sains tanpa harus melebur dengannya.

 

Reni Putri Yanti, seorang mahasiswi aktif Administrasi Publik Universitas Andalas. Bisa disapa melalui email Reniputriyanti125@gmail.com; instagram: renai6_

 

 

Posting Komentar

0 Komentar