Resensi Refina Elfariana: Menjadi Perempuan dalam Buku “Mitos Inferioritas Perempuan”

Identitas Buku

Judul Buku      : Mitos Inferioritas Perempuan

Pengarang       : Evelyn Reed

Penerbit           : Penerbit Independen

Tahun Terbit    :2020


Mitos Inferioritas Perempuan

Sebuah buku yang bersampul merah tua, dengan cover dipenuhi gambar bermacam rupa perempuan, tapi tetap terlihat cantik sesuai karakternya. Buku yang mungkin sederhana, tapi ternyata berhasil membuat saya pribadi menyukainya. Buku karya Evelyn Reed dengan judul “Mitos Inferioritas Perempuan”.

Secara garis besar, buku ini hadir untuk membantah mitos yang selama ini diproduksi dan direproduksi oleh budaya patriarki dan kapitalisme yang menyebut bahwa kodrat perempuan menduduki posisi lebih inferior (lebih rendah) daripada laki-laki yang superior (lebih tinggi).

Pembagian kelas-kelas yang saling bertentangan di masyarakat menjadi awal mula penundukan terhadap kaum perempuan. Dalam buku ini, Evelyn Reed melakukan studi historis yang menunjukkan jalan ke depan di mana tercapainya emansipasi bagi kaum perempuan. Dan semua orang apapun jenis kelaminnya akan hidup dalam kondisi setara dan merdeka.

Standar Kecantikan Hari Ini

Hal menarik lain yang memantik perhatian saya saat membaca buku ini adalah ketika saya seperti membaca realitas perempuan hari ini. Buku ini menyadarkan bahwa para perempuan ternyata memang begitu tersiksa dengan standar kecantikan yang diberikan perusahaan kosmetik.

Dalam sebuah katagori, untuk menjadi cantik maka dia harus memiliki ukuran tertentu, seperti tentang berat badannya, tinggi badannya, warna kulitnya yang ditetapkan secara sewenang-wenang. Jika kita berbeda dari pola mekanis ini, maka kita tidak dianggap cantik. Wah, ini sungguh menyiksa perempuan. (Evely Reed,2020)

Mengerikan bukan? Sebenarnya, kosmetik itu telah berusaha menghapus keberagaman kecantikan yang sejati. Mereka yang mengikuti standar kecantikan tersebut seperti mengubah dirinya layaknya biscuit dari hasil adonan yang sama dengan cetakan yang sama pula.

Lantas muncul sebuah pertanyaan dalam buku ini, apakah perempuan mendapatkan apa yang mereka butuhkan atau apakah mereka terdorong untuk membutuhkan apa yang mereka dapat? Ya, ini menarik, benarkah perempuan yang ingin cantik memang membutuhkan standar itu?

Cantik itu Beragam

“Cantik itu Beragam” adalah pemilihan kalimat yang sangat tepat. Oke, mungkin kalimat ini sedikit klise ya, tapi percayalah sebenarnya kalimat itu memiliki makna yang sangat dalam, apalagi bagi seorang perempuan.

Karena makna cantik tidak bisa disama-ratakan, cantik datang dari hati setiap perempuan, mereka yang mampu menerima ketetapan tanpa mengubah ciptaan. Karena cantik yang disalahartikan membuat batin perempuan terluka.

Cantik bukan hanya tentang fisik, tinggi badan tidak boleh jadi ukuran, warna kulit tidak layak jadi penentu, dan berat badan juga tidak boleh jadi penyempit arti kata cantik. Percayalah bahwa setiap perempuan memiliki kecantikan yang beragam. Oleh sebab itu, memaksa mereka sama akan menjadikan mereka tersiksa.

Di akhir ulasan ini, saya ingin berpesan untuk semua perempuan, jangan biarkan orang lain yang menentukan caramu menjadi cantik. Dan jangan mudah puas atau buru-buru menyimpulkan hasil bacaan sekilas kalian terhadap buku ini, cermatilah!


Posting Komentar

0 Komentar