Ahmad Rizki: Jadilah Seperti Biasanya dan Puisi Lainnya


Jadilah Seperti Biasanya

: Buat Alif H

 

Pesta warna kehidupan

tumpah di atas kertas, di

dalam ketetapan Allah. Putaran

nasib menggerakkan itikad

baik berputar menuju

pesona kemungkinan.

Tapi, dalam keyakinan, kebiasaan yang

kita lakukan pasti lebih berharga dari

puisi sialan ini, dari harapan

muda-mudi melarat yang mencintai

kekasihnya di antara standar

kehidupan orang-orang sialan.

Maka tetaplah begini, tetaplah

menegur kepalsuan duniaku,

dan tetaplah seperti biasanya.

 

Apakah akan ada cerita

yang menarik dari hari ini?

Apakah semuanya akan

seperti biasanya?

 

Pesta warna kehidupan

mewarnai udara masa depan.

Masa lalu adalah air hujan

yang mengalir sepanjang

kali Ciliwung. Tapi,

apakah kau akan tetap

seperti biasanya?

 

Pesta warna kehidupan

menumpahkan tinta

ke samudra alam semesta.

Tapi, apakah kita

akan tetap seperti biasanya?

 

Ciputat, 2022

 

Sajak Kemelaratan Ditulis di Ciputat Pada Bulan Ramadlan Tahun 2022

: buat Yongs

 

Arus mudik dibuka.

Gunung anak Krakatau

menyemburkan abu vulkanik.

Proyek kehidupan masa depan

tak lebih gaib dari janji

kemakmuran, janji kesejahteraan.

Beton, semen dan semua konsep

pembangunan hanyalah

penindasan, hanya menguntungkan

segelintir orang sialan. Dan,

Tunjangan hari raya

kabur ke mana-mana, dan

Ramadlan menyisakan peristiwa.

 

Umur makin bertambah.

Keyakinan masa depan

nyangsang ke atas Plasa,

nyangkut ke kantong plastik

di pinggir jalan.

 

Bulan berlarian di tanah

Ciputat, dan bintang

berjaga.

Tapi, yang ditulis

hanyalah peristiwa,

hanyalah kemelaratan!

 

Arus mudik dibuka.

Pagebluk sudah biasa.

Tapi, kenyataan hanyalah

waspada, hanyalah sabar,

hanyalah puasa, hanyalah

pergulatan kedamaian jiwa, hanyalah

kemelaratan!

 

Ciputat, 2022

 

Sajak Kemelaratan Ditulis di Bekasi

 

Langit meleleh di atas

pabrik, di samping sawah,

di sungai-sungai coklat pekat,

di antara bangunan klaster

yang didanai cukong-cukong.

 

Masya Allah. Aku tidak percaya

soal proyek masa depan yang

dipajang di papan iklan pinggir jalan.

Orang-orang menyangka pabrik

dan pembangunan adalah harapan.

 

Masya Allah. Sungguh mustahil.

Orang-orang mengira Bekasi

adalah tanah merdeka yang

menang dalam pergulatan.

 

Bintang merebahkan pundaknya

di antara jalanan yang macet,

yang mengira kerja di Jakarta

adalah sumber penghidupan.

 

Masya Allah. Jangan kira tanah

ini milik mereka. Sudah lama

orang-orang menjual tanahnya,

menjual harga diri tanah

kelahirannya.

 

Gelora adzan isya memantul

ke langit-langit Bekasi, dan

cahaya bulan menerangi Bang

Bek dan Mpok Asih.

 

Masya Allah. Kemelaratan

memenuhi catatan sejarah

bagai tumpukan sampah

Bantar gebang, bagai

kemajemukan sebuah

peradaban. Orang-orang

Bekasi memanggul nasib

ke desa, ke kota, ke pusat

Ibu kota, dengan suara

yang menggelora mereka

berkata, saksikanlah kami!

 

Langit meleleh di atas

pabrik, di samping sawah,

di sungai-sungai coklat pekat,

di antara bangunan klaster

yang didanai cukong-cukong.

 

Bekasi 2022

 

Sajak Cinta Masa Kini

: influenced by teenage dreams

 

Aku mencintaimu,

mencintaimu,

mencintaimu,

mencintaimu pada

masa kini. Aku

mencintaimu, mencintaimu

pada masa kini.

Saat ini, aku

mencintaimu. Pagi hari

aku mencintaimu.

Tadi subuh aku mencintaimu.

cahaya fajar adalah isyarat

cintaku padamu saat ini. Matahari

menyengat ubun-ubun

kepalaku juga tanda bahwa

aku mencintaimu. Hujan

sore ini juga adalah

bukti aku mencintaimu.

Dan, magrib, langit-langit

gelap adalah bahasa cintaku

yang mencintaimu pada masa kini.

Ya, aku mencintaimu, mencintaimu

pada masa kini.

 

2018

 

Lebaran 1443 H

 

Buset!

Inilah wujudnya, inilah

ketakutan dan kesabaran.

 

Hati dan pikiran jalan-

jalan ke sorga, tapi

neraka kehidupan membakar

nyali kedamaian jiwa.

 

Buset!

Inilah jadinya, inilah

ketetapan dan perjuangan.

 

Kabut masa depan

dan

ketidakjelasan masa silam

adalah udara subuh yang

gentayangan di langit masa

kini.

 

Buset!

Inilah risiko, inilah

Kemungkinan hidup

dan pengorbananNya.

 

Akankah jutaan rahmat

bersemayam dalam hari

lebaran?

 

Ciputat, 2022

 

Ahmad Rizki,menggelandang di Ciputat. Kini sibuk mengomongkosongkan kemelaratan dan masa depan. Buku puisinya yang terlanjur terbit adalah Sisa-Sisa Kesemrawutan (2021). Informasi lebih intim dapat dihubungi melalui Instagram @ah_rzkiii.

 

Posting Komentar

0 Komentar