Cerita Bersambung Taufik Juang Dwiadi: Hitam Putihnya Penjara - Bagian VII

Tokoh:

0721 : tokoh utama

0192 : seorang perempuan

0378 : tokoh dengan banyak peran

A__e_ : nama asli tokoh utama yang tidak terungkap

____ dan ____ : dua orang perempuan dalam bagian V

0492 : kakak dari seorang adik

??? : penghuni sebelah 0721 yang mencintai 0492, seorang mantan narapidana: manusia bebas yang kabur dari penjara

VII

Perkenalkan, namaku _____. Untuk nomor kejahatanku, diberikan angka 0192. Wajahku bisa dianggap cantik bagi beberapa kalangan dan tidak menarik untuk lainnya. Lebih tepatnya, kecantikan merupakan suatu bentuk dosa, karena itu tidak akan aku tampakkan seberapa menariknya diriku. Dari siapa kecantikan dikatakan sebagai dosa? Kalimat itu kudapatkan dari 0721. Dia pernah menjelaskan padaku mengenai ketertarikannya pada seorang wanita. Meski diriku sendiri adalah seorang wanita pula, tapi entah mengapa aku dianggap kurang menarik di hatinya. Apakah ini suatu kecemburuan? Aku mengatakannya sebagai suatu kebenaranku. Ia jelaskan padaku bahwa tingkah lakuku sama sekali tidak bisa dipahaminya. Seringkali aku tertawa melihat kelucuan tindakannya. Berusaha mengerti sesuatu tapi tidak pernah mendapatkannya. Katanya lagi, aku mengingatkannya kepada wanita itu. Tidak adakah bahasa selain wanita itu dari mulutnya? Dasar.

Untuk bahasa isyaratku, aku menciptakan suatu kode rahasia bernama ‘antara’. Bertujuan untuk menerima penjelasan mengenai wanita yang sering diceritakannya, meskipun akan aku hapuskan wanita itu dari ingatannya, sehingga dia hanya melihatku saja. Terkadang, untuk hal-hal seperti ini, manusia menyebutnya sebagai kecemburuan. Mengapa aku mengulangi kalimat yang sama?

Kamar selku juga tidak berbeda dari yang lainnya, hanya saja, perlakuannya memang sedikit berbeda. Aku katakan seperti itu karena memang begitulah kenyataannya. Suatu keistimewaan yang aku banggakan sekalipun terkadang juga merasakan suatu keirian pada makhluk berkelamin satunya. Sepertinya, banyak orang akan berkata seperti itu. 

Diberkati oleh kebaikan dari seorang dewi kecantikan, kecantikan wajahku bisa dikatakan di atas rata-rata. Kalimat seperti ini tidak akan pernah dikatakan oleh mulutku karena efek terbaiknya hanya menimbulkan kecaman dari berbagai pihak. Setidaknya, manusia punya suatu kerahasiaan paling umum. Misalkan tentang berapa jumlah laki-laki yang tertarik pada dirinya, merupakan salah satu contoh rahasia yang harus disembunyikan di hadapan laki-laki. Hal itu tabu untuk dibicarakan tapi termasuk salah satu bentuk sensasionalnya hidup. Hal itu bisa dibicarakan keppada kalangan tertentu tapi tidak untuk disebarluaskan. Seperti itulah cara kehidupan berlaku. Setidaknya, aturan tertutup suatu kerahasiaan, mungkin.

Di hadapan 0721, hal semacam itu tidak pernah kusebutkan. Memang dirinya terasa sangat dekat denganku, tapi hatinya terasa jauh. Dudukku dengannya seringkali hanya membuatku tersadar bahwasanya hatinya tidak berada di sini. Ada banyak cara untuk membuat laki-laki tersenyum, tapi untuknya entah kenapa begitu sulit. Pernah aku berjalan bersamanya dan 0378. Masalahnya, dia dan 0378 sama-sama pemain hati wanita. Jika dia terpaku pada seorang wanita, maka 0378 justru sengaja memiliki banyak hati wanita tanpa ada yang benar-benar disukainya. Perbedaannya signifikan, satu tidak sengaja melakukannya, sedangkan satunya secara sengaja.

Intinya, dilihat dari sudut pandang apapun mereka adalah kriminal di kalangan wanita. Ia mengatakan bahwa dirinya tertarik pada banyak wanita, akan tetapi memberikan banyak harapan kepada wanita lainnya. Sejujurnya, kalau dikatakan apakah aku benci dirinya atau tidak, terkadang hati ini justru malah terluka. Menatap wajahnya mengingatkanku pada luka, tapi senyuman miliknya juga yang menyembuhkan luka itu sendiri. Dilema seorang perempuan memang terus menyakiti hati kecilku. Kalau bertemu dengannya, aku memang bersiap sebaik-baiknya, meski pada kenyataan malah sering menambah rasa sakitku.

Tentu saja dia tidak ditpenjara karena memainkan hati perempuan. Dia dijebloskan karena urusan lain, katanya. Dijelaskan olehnya kalau kesalahan pertamanya adalah tidak bijaksana. Dia dipermainkan oleh kehidupan. Karena pengamatan tajamnya, dia dijadikan suatu objek kegilaan. Seperti itulah dia. Makhluk hina bernama manusia. Kataku, dia terlalu merendahkan dirinya. Hanya saja, aku tidak akan mengatakan apapun tentang komentarnya terhadap penjaranya. Dijelaskan olehnya, penjara adalah suatu tempat di mana orang melangkah untuk mendapatkan sesuatu dengan pengorbanan yang tidak sebanding. Tidak ada pilihan selain menjalankan tugas, meski berakhir dengan bertambahnya suatu luka. Bagiku, luka berlabel kesedihan wajahnya.

Aku memandanginya dari jarak yang sangat dekat. Pandangan matanya memang mengamati tubuhku, seperti berusaha untuk memahami sumber pancaran kehangatanku berasal. Dia memang pernah berterus terang padaku bahwa entah mengapa pelukanku memang sering membuatnya merasakan suatu ketenangan. Karena itu, saat aku ingin menyampaikan perasaanku, kupeluk dirinya secara erat-erat. Dia memang sering bercerita padaku tentang banyak hal, hanya saat dia dipeluk. Sering kali memang waktu kebersamaanku dengannya kubuat hanya berdua, walaupun terkadang dia mengajak 0378. Mungkin biar keadaan semakin ramai saja, meskipun aku tidak terlalu suka jika hal itu sering terjadi. Keramaian justru menggangu kedekatanku dengannya.

Suatu saat, kami bertiga pernah melakukan suatu kegiatan bersama. Aku dan 0721 berusaha untuk menyatukan suatu potongan kertas dari berbagai informasi yang terpisah-pisah. Karena tiga kepala lebih baik daripada dua kepala, maka diajaklah orang ketiga ke suatu tempat yang cukup terpencil. Dengan demikian, permainan pun dimulai dariku terlebih dahulu.

“Suatu pagi, ayam berkokok sedetik lebih cepat dibanding saat matahari akan terbenam.”

“Suatu siang, anjing mengejar seekor manusia tapi terlupa bahwa air liurnya ketinggalan.”

“Suatu malam, secangkir kopi diseduh tanpa ditemani sebatang rokok sebagai kawan.”

“Keesokan harinya, ayam dan anjing bertemu tanpa membawa sepasang sandal manusia.”

Setelah aku menyatakan empat kalimat itu, kutatap matanya. Saat dia membalas dengan senyumannya, sejujurnya aku hanya ingin menghentikan waktu pada detik itu dan tidak melanjutkan percakapan. Jantungku terasa berdetak dengan kencang dan kepalaku seperti terasa terbakar oleh sesuatu hal. Kepalaku langsung saja menunduk malu sambil berusaha melanjutkan kalimat kelima.

“Nah, apakah dunia pernah berputar pada porosnya?”

Mendengarkan kelima kalimat itu, 0378 hanya menggeleng-gelengkan kepala. Sepertinya ingin memprotes kepada 0721 mengenai alasan membawanya ke sini dan berdiskusi mengenai kalimat-kalimat yang tidak berhubungan. Dia hanya tertawa melihat reaksi 0378, sedangkan aku senang dapat melihat tawanya.

“Apa yang kamu dapatkan dari kelima kalimat itu?” tanyanya kepada 0378.

“Aku hanya memahami kalau kelima informasi itu cuma bertujuan untuk mempermainkan pikiranku,” protes 0378 terhadap absurditas pola informasi dari lima kalimat itu. 

“Lalu? Bukankah kamu juga punya pendapat atas informasi itu?”

“Aku ingin kamu menyebutkan jawabanmu dulu, setelah itu akan memberikan pendapatku,” kata 0378.

“Kalau itu maumu, baiklah” katanya, “kamu ingin pemaknaan yang seperti apa?”

“Aku ingin langsung pada pokok permasalahannya saja.”

Awalnya cukup hening. Kalau aku berusaha menebak jalan pikirnya, dia memang sengaja menciptakan suatu suspensi kepada 0378. Pikirannya memang nyeleneh, tapi aku tidak bisa menolak perasaanku padanya.

“Aku lebih suka menitik-beratkan pada kalimat ketiga,” kata 0721.

“Apa maksudnya?”

“Lima kalimat itu punya suatu kesamaan, bahwa semuanya punya pasangan—tiap kalimat memiliki dua objek, kecuali pada pertanyaan itu sendiri. Pertanyaan sebenarnya adalah, apakah setiap pasangan itu saling mencintai satu sama lain?”

“Kamu bermaksud menghinaku, begitu?” tiba-tiba 0378 marah dan berusaha memukulnya. 

Sementara itu, ia justru semakin tertawa karena keganasan usahanya untuk memahami kawannya yang satu itu. Setelah keadaan cukup tenang, 0721 melanjutkan pembicaraan.

“Kalimat pertama adalah untukmu yang mengerti kapan seorang wanita membutuhkan pertolongan. Kalimat kedua adalah untukmu yang memahami bahwa perasaan juga penting untuk disampaikan kepada pasanganmu. Kalimat ketiga adalah untukmu yang ingin mengenal bahwa kesendirian terkadang menampakkan suatu kerinduan pada satu sama lain. Kalimat keempat adalah untukmu dalam memaknai perpisahan. Apakah perpisahan harus selalu berakhir dengan permusuhan? Atau justru tetap dapat berhubungan secara dekat?”

Mendengar penjelasan itu keluar dari bibirnya, sejujurnya membuat jantungku semakin berdetak kencang. Pertanyaanku kepadanya yang tidak pernah kuungkapkan adalah mengapa ia tidak mau menoleh kepadaku? Aku di sini, duduk bersamanya, menemani kesendiriannya dengan kehangatan yang ia sukai itu.

“Untuk kalimat kelima,” tiba-tiba 0721 berhenti sejenak untuk memandangi perasaannya. Seolah-olah mengerti bahwa jiwanya telah tenang, dia melanjutkan pembicaraannya, “pahamilah perasaanmu, karena ia dapat menerangi kegelapan di hatimu.”

***

Setelah berdiam agak lama, akhirnya dia melemparkan pendapat kepada 0378, “jadi, bagaimana pendapatmu?”

Mendengarkan kalimatnya, mereka berdua hanya saling menatap wajah. Kemudian, mereka tertawa bersama seolah tidak ada aku di sana. Seperti ada suatu jawaban yang dikirim lewat telepati, cukup memandang saja keduanya sudah tahu akan jawaban masing-masing.

“Lalu, mengapa kamu mengajak 0192 hanya untuk menyampaikan pendapat ini kepadaku? Bukankah hal semacam ini tidak perlu orang ketiga?” tanya 0378 kepadanya. 

Tiba-tiba 0721 menatapku seperti berusaha memandangi hatiku. Karena rasa maluku, aku mengalihkan perhatian dengan memprotes suatu hal mengenai dirinya.

Mendengarkan bahasa tubuh milikku, 0378 tertawa sambil melihatnya seperti menunjukkan perasaan kekaguman tersendiri. Lagi-lagi aku seperti dibiarkan sendirian di hadapan mereka berdua. Dan sialnya, dia juga ikut menertawakan diriku. Tanggapan 0378 terhadap opini pribadi 0378 pun tetap sama kepadanya. Canda tawa bersama juga tidak merubah kepribadiannya.

“Apapun yang terjadi,” mendengarkan kalimat 0378, 0721 langsung saja menyela karena mengerti kelanjutan kalimatnya, “aku akan memilih untuk jujur terhadap diriku sendiri.”

Posting Komentar

0 Komentar