Remang-remang
: Buat Red
Remang-remang menjelma mata yang menolak
tidur
biru di matamu menunda fajar di langit kota
udara mendinginkan cinta di setiap pancaran
mata kita
dan suara jiwa menghancurkan
kedigdayaan setan kehidupan
Ah, sungguh indah matamu
sebuah senyuman jadi salju pegunungan:
dingin abadi pada puncak kenikmatan,
segala suara jadi anugerah, dan
kesendirian amat menakutkan,
remang-remang buat kita berantakan
2022
Sebuah Kasidah
biru matamu lahir dari hidup yang gamang
pesta pora kesunyian adalah
manis bibirmu
pancaran merah jiwamu adalah
bayangan gaib masa depan
dan pelan-pelan tergodalah deritaku
hujan turun setelah purnama
musim-musim tak jelas namanya
tak masalah aku kehilangan dirimu
tapi aku cemas kehilangan biru matamu
dan pasti sedih akan anugerah hidup di dunia
di warung makan pinggir jalan
batas menembus kemerdekaan
kenangan adalah kebanggaan kita
dan bayanganmu selalu di depan mata
dan ingatlah semua yang binasa
kasidahku kekal antara cinta dan dunia
2022
Tersesat
aku tersesat di bibirmu, kuikuti ranting
lembut kulit bibirmu
kudengarkan sungai yang mengalir di tepi
bibirmu
apakah itu surga bidadari?
atau sekadar melodi keheningan hidup abadi?
seketika panca indra kurasa tak berdaya
kedalaman bibirmu terbentang samudera
dan teriakan air samudera memekik tajam
dan kegelapan atau cahaya bias tak punya
nilai apa-apa
udara menyebarkan wewangian
gemulai bibirmu menyeruak di batas sadarku
Ketika kutemukan jalan keluar,
tiba-tiba tangisan pohon-pohon membasahi
telingaku
tanah-tanah lembab dan daun tenggelam
dan dunia masa kecilku meneriakiku
dan pengembaraan pergi meninggalkanku
dan kupasrahkan ketersesatanku
2022
Ahmad Rizki menggelandang di Ciputat,
Tangerang Selatan. Beberapa puisi omong kosongnya kebetulan tersebar di beberapa media
online. Buku puisinya yang terlanjur terbit adalah Sisa-Sisa Kesemrawutan (2021). Informasi tambahan menganai penulis dapat ditemukan di akun Instagram @ah_rzkii dan e-mail ahrizki048@gmail.com
0 Komentar