Cerita Bersambung Taufik Juang Dwiadi: Hitam Putihnya Penjara - Bagian XII

Tokoh:

0721 : tokoh utama

0192 : seorang perempuan

0378 : tokoh dengan banyak peran

A__e_ : nama asli tokoh utama yang tidak terungkap

____ dan ____ : dua orang perempuan dalam bagian V

0492 : kakak dari seorang adik

??? : penghuni sebelah 0721 yang mencintai 0492, seorang mantan narapidana: manusia bebas yang kabur dari penjara

XII

Malam kesedihan pun berganti hari baru. Saat terbangun, kulihat bahwa kakaknya sudah tidak ada di sebelahku. Aku pun terperanjat bangun dan teringat kalau bagaimana pun seorang laki-laki dan perempuan yang bukan suami-istri dalam satu kamar itu rasanya akan selalu dilarang. Entahlah mengapa kakaknya tidak memberikan penjelasan apapun kepada orang tuanya. Beruntungnya, aku bisa bernafas secara lega melihat tidak ada perubahan apapun. Saat sarapan bersama pun tidak ada masalah seperti dalam benakku karena melakukan hal yang terlalu menimbulkan kerancuan. Walaupun alasan utamaku adalah takut pada malam, seorang lelaki tentu seharusnya tidak memasuki ruang kelamin lainnya. Sepertinya temanku tidak membeberkan ketakutanku itu kepada siapapun, sehingga aku merasa ketakutan kalau seandainya kejadian malam itu dibocorkan.

Saat aku sendirian dengan kakaknya, kutanyakan alasan mengapa dia tidak memberitahukan kejadian malam hari itu. Mendengar pertanyaanku, pundakku hanya ditepuk satu kali sambil berkata 'santai saja' kepadaku. Sepertinya untuk kali ini, aku tidak akan mengerti alasannya. Maka pertanyaan itu akan kutunda sampai suatu saat. Sebagai alasan untuk merenungi perbuatanku saat malam hari, aku beralasan untuk pergi ke bioskop walaupun jam tayangnya masih lama. Dengan alasan itu, aku mencari tempat untuk berpikir kembali mengenai bahaya dari tindakanku pada malam sebelumnya. Mungkin aku terlupa pada konsekuensi ini karena rasa takutku pada bayangan ganjil itu.

Pena di tangan kanaku dan kertas di tangan kiriku. Kuberikan judul 'Hantu Malam Hari' agar memudahkanku untuk melakukan pendalaman masalah. Pertama, aku menuliskan tingkat bahaya terhadap hubunganku terhadap keluargaku. Kuberikan nilai 'off the chart'. Artinya, tingkat tidak bisa ditebak bahayanya tapi selalu bisa menciptakan masalah-masalah baru. Mengenai tingkat masalah-masalah dalam hidupku, terdapat lima macam. Masalah ringan aku nyatakan sebagai 'kenangan' untuk memudahkanku bahwa setelah ini hal semacam ini tidak akan pernah aku anggap sebagai bagian penting dalam kehidupanku. Masalah setingkat di atasnya aku bahasakan sebagai 'perkenan' untuk mengungkapkan suatu pernyataan mengenai seorang tamu yang dapat diterima dalam suatu rumah atau ditolak karena dianggap tidak memenuhi persyaratan untuk diselesaikan. Masalah dalam skala tengah, aku berikan julukan 'lucu' karena masalah dalam kategori ini seringkali adalah masalah yang akan diulang-ulangi sepanjang kehidupanku. Demi kesenanganku, aku menjulukinya seperti itu sebagai usahaku untuk membuat kehidupanku tidaklah terlalu membosankan. Masalah cukup sulit, dinamakan 'mantap'. Seperti memancing ikan, diperlukan kesungguhan untuk memahami bahwa air laut itu luas. Dibutuhkan kesabaran untuk memahami bahwa kail pun perlu ditarik dari tempatnya. Dikenalkan kekuatan untuk menjelaskan tarikan ikan agar tidak terjauhkan dari dunianya. Masalah paling berpengaruh, sekali lagi, kuungkapkan sebagai 'off the chart'. Bukan karena aku sok bule atau apapun, tapi karena aku termasuk kalangan yang kena pengaruh budaya negara lain. Alasannya lebih baik seperti itu walaupun lebih banyak orang akan berkata tentang kerennya menggunakan bahasa lain. Untukku pribadi bernama 'legenda'. Suatu masalah yang memiliki pengaruh luas dalam kehidupanku, yang dapat menyebabkan arah hidupku berubah haluan dari suatu arah menuju lainnya. Kehangatanku bersamanya aku masukkan dalam kategori ini. Kalaupun ingin dikeluarkan dari persepsiku sekarang ini, aku rasa tidak bisa.

*** 

Saat aku memandangi ketenangan seorang pelacur, aku berkirprah untuk tidak lagi menceburkan diriku dalam samudra yang sama. Aku berhenti. Pensiun dari yang namanya pengejaran wanita secara sembarangan. Aku tidak lagi akan berusaha untuk mengingat beragam teknikku untuk menggaet hati wanita. Aku lepaskan seperti ombak melepaskan genggaman benda di tubuhnya.

Aku lebih banyak diam. Kebersamaanku dengan keluarganya hanya membuatku sadar kalau aku benar-benar jauh dari apa yang aku tuju. Apa tujuan awal aku menemani temanku, sehingga aku mendapatkan kepercayaan dari orang tuanya? Pada awalnya aku merasa bahwa perbedaan antara aku dengannya akan mengantarkanku kepada ajaran yang lebih bermutu.

Aku menemui pelacur itu secara tidak sengaja. Sepertinya, kalau diibaratkan dalam cerita masa laluku, dia akan menjelma menjadi keganjilan dalam suatu cahaya. Aku melangkah untuk mendapatkan makanan, lalu menemui bukan makanan dalam artian untuk perut saja tapi untuk kesenangan diri sendiri. Apakah seorang pelacur suka untuk memanjakan dirinya pada tubuh banyak pria? Tidak ada yang mengerti kecuali perempuan itu sendiri. Lebih dalam lagi, tidak banyak (atau sama sekali tidak ada) harapan seorang ibu agar anaknya menjadi pelacur. Terlebih-lebih impian anak itu sendiri. Sebaik-baik harapan akan dijelaskan sebagai menjadi istri dari seorang suami yang baik hati. Selebihnya, perempuan itu akan menjelaskan mengenai tampilannya dan tentang memanjakan dirinya.

Pada wajah pelacur itu, terbias kata tidak mungkin. Dari impian yang sama sekali tidak diharapkan, diwujudkan oleh tubuh perempuan itu sendiri. Kebahagiaannya terletak pada bagaimana dia memisahkan diri dari pengenalan terhadap lelaki lainnya. Cinta hanyalah benda asing. Cinta merupakan satu-satunya hal yang tidak dimilikinya, namun benar-benar diinginkan olehnya. Kebutuhan menjadi kemewahan dan kemewahan pun terbalik. Orang bersuami-istri menganggap bahwa mendapatkan barang-barang mahal termasuk mewahnya suatu kehidupan. Seorang pelacur menerima kenyataan kalau mendapatkan cinta tidak termasuk dari kebutuhan hidup itu sendiri.

Sejurus aku menginginkan cinta dari kakak temanku ini, justru aku terperosok kepada pembahasan cinta lainnya. Aku memang tidak mendatangi kenikmatan perempuan itu hanya demi berkenalan bahwa cintanya si kakak ini termasuk suatu khayalan. Aku berhenti, itu saja. Lalu, terpikirkan olehku wajah seorang pelacur dari raut seorang nenek di pinggir jalan kehidupannya.

Apa maksudku? Aku melihatnya sendirian, ditinggalkan oleh zaman. Kehidupan berkata kepadanya bahwa berbagai tindakan membawa serta sesal dan kesendirian paling nyata di dunia. Jantungnya berdetak lambat, namun dunia meninggalkannya cepat-cepat. Karena dianggap tidak berguna, nyawanya pun hampir setara terhadap kata merepotkan.

Aku tidak mengerti pelacur, begitu pula seorang nenek-nenek. Tidaklah pantas aku memberikan komentar kecuali apa-apa yang penting saja. Aku mengerti satu hal, bahwa aku menginginkan kebebasan.

*** 

Kembali lagi pada keadaanku sekarang ini. Aku adalah seorang penghuni penjara di samping 0721. Kesalahanku bukanlah karena aku, tapi oleh keadaanku. Semenjak aku berkenalan terhadap makhluk-makhluk kegelapan, aku ditawarkan kekuatan yang lebih mengantarkanku pada tindakan kriminalitas. Untuk mendapatkan kenyamanan maupun keamanan hidup, manusia menyanyikan suatu lagu. Didendangkannya pernyataan bahwa para penghuni penjara adalah bedebah. Aku terkenal sebagai salah satu penghuni yang memusuhi penghuni itu sendiri. Aku tidak terima bagaimana perlakuan maupun kesalahanku sebagai manusia. Aku percaya bahwa keadilan itu hanya mimpi indah penguasa.

Untuk pagi hari, aku akan menggumamkan lirik seperti biasanya.

Jika kebaikan pernah bertemu keburukan,

                Dia menyapa seperti halnya manusia menyapa lainnya,

                                Bertamulah untuk menjemput ajalmu

                                                Membencilah demi diterima oleh masyarakat,

                                                                Maka sapaanmu akan diterima dengan penuh kekaguman.“

 

Jika terik matahari membuat tubuhku terasa panas, lagu itu mengikuti suasana hatiku.

“ Andaikata kebencian pernah mengekor pada penghuni penjara,

                Dia menulis tanpa memperhatikan siapa pembacanya,

                                Tulisannya ditujukan untuk membuatnya bahagia

                                                Melupakan kepastian bahwa pembaca adalah manusia,

                                                                Sehingga dirinya akan tertawa walaupun untuk sementara.“

 

Seandainya malam mengingatkanku pada kejanggalan, lagu itu menjadi kaku.

“ Sekarang ini penghuni saling memusuhi satu sama lain,

                Bacaannya penuh dengan kesalahan yang tidak dapat dihapuskan,

                                Kebaikan orang tidak akan pernah ingin dibaca agar dapat disalahkan

                                                Agar satu sama lain tahu kalau dirinya ingin semakin istimewa,

                                                                Sampai kebenaran selalu mengunjunginya selama dia hidup.“

 

Lagu itu memang disukai oleh 0721. Nyanyian terasa asyik karena pembelaannya meski pendengar lainnya bisa saja kurang setuju terhadap laguku. Seandainya saja, cinta dari kakak dari temanku itu kukejar cintanya sampai titik darah penghabisan, mungkin aku tidak akan pernah memasuki penjara ini.

Selesai

Posting Komentar

0 Komentar