Sepanjang Kenangan
Kau akan bertanya kesal,
mengapa ciuman lebih membekas
daripada merah dendam
Cuma ranum bibirku
bibir senja
tempat kau nikmat
berdoa
Bening hujan
pelan bertukar di
wajah kita
sunyi jalan
bergegas menahan
cinta
Maukah bibirmu
terus menempel
di keningku?
Pohon terus
menggemari
adegan demi adegan
seperti Adam dan Hawa
pertama berjumpa
dan menukar rindu
di kantung mata
Apakah bibirmu hanya untukku, Cinta?
Yogyakarta, 2022
Aku Sesekali Ingin Menangis
Sungguh, aku
sesekali ingin menangis
dan membayangkan
gerimis kecil tiba
di rumahmu
Tempat kita pelan
percaya
dua belokan ke
kanan
tumbuh rimbun
hutan
Hutan, yang katamu
mengekalkan.
Sungguh, sesekali
aku ingin menangis
dan mengulang
setiap pelukan
menghapus macam-macam kesedihan
Yogyakarta, 2022
Mengapa
Kau bertanya pelan
mengapa akar maut
tak segera lepas
dari jantungmu
Hingga rindu yang
kau tanggung
tercerai-berai
seperti cahaya
dan terbebas
segala sukma
Kau bertanya pelan
mengapa jarak
begitu menyakitkan
dan tubuhmu
keropos dari dalam
Kau berlatih
membenci waktu
yang adalah diriku
Mengapa cinta terus saja meruntuhkan
Yogyakarta, 2022
L a i l a t u l F a j a r I y a h
Kota terbangun
dari hangat
gerimis
yang pelan jatuh
dari matamu
Maka pulanglah
ke panjang peluk
yang selalu kau
punya
di bagian-bagian
tubuhku
Dan nanti aku akan
bersaksi
lebih mencintaimu
daripada detak jantungku
Yogyakarta, 2022
M. Rifdal Ais Annafis lahir
di Sumenep dan aktif bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY). Buku
kumpulan puisinya yang telah terbit adalah Artefak
Kota-kota di Kepala (2021). Tulisannya terpublikasi di pelbagai media
seperti Tempo, Duta Masyarakat, Harian Sabah Malaysia, dan lain-lain. Prestasi
terbarunya adalah peraih lima besar Payakumbuh Poetry Festival 2021 dan juara pertama
Cipta Puisi Fakultas Bahasa & Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2022.
Kenali penulis lebih lanjut melalui akun Instagram miliknya, @m.rifdalaisannafis.
0 Komentar